Selasa, 14 Desember 2010

pernafasan

Bernapas merupakan suatu proses menghirup oksigen dari udara bebas (inspirasi) dan mengeluarkan karbondioksida dari dalam tubuh (ekspirasi). Dalam keadaan istirahat, frekuensi pernapasan normal dalam satu menit dapat berbeda-beda tergantung dari usia seseorang, antara lain:
berdasarkan umur

bayi baru lahir : 40-60 kali/menit
anak 1 tahun : 30-40 kali/menit
anak 3 tahun : 25-30 kali/menit
anak 5-7 tahun : 20-15 kali/menit
anak 10-15 tahun : 15-20 kali/menit
dewasa : 12-20 kali/menit
Kecepatan pernapasan tersebut diatur sedemikian rupa oleh pusat pernapasan di medula oblongata otak dan disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Frekuensi pernapasan yang berlangsung lebih lambat dari batas normal diatas dikenal sebagai bradipnea yang dapat terjadi misalnya akibat pemakaian obat-obatan narkotik, akibat kelainan otak, dan lain sebagainya.


Sementara frekuensi pernapasan yang lebih cepat dari batas normal di atas dikenal sebagai takipnea yang dapat terjadi misalnya pada penderita infeksi paru (pneumonia), orang yang mengalami serangan panik, cemas, dan lain sebagainya.

Bagaimana Mekanisme Terjadinya Napas?
Proses bernapas diatur oleh pusat pernapasan yang terletak di medula oblongata. Medula oblongata akan mengirimkan rangsangan terhadap otot-otot pernapasan, yaitu otot diafragma dan otot interkostalis (otot sela iga) melalui sistem saraf otonom, sehingga proses pernapasan akan berlangsung secara otomatis di luar kesadaran seseorang.

Seperti yang telah diketahui bahwa proses bernapas terdiri atas dua gerakan, yaitu:

Inspirasi : merupakan gerakan aktif untuk menghirup nafas. Saat menarik napas, otot-otot pernapasan akan berkontraksi sehingga rongga dada mengembang dan membesar sehingga udara akan mengalir dari atmosfer (bertekanan tinggi) ke dalam paru (bertekanan rendah).

Ekspirasi : yaitu gerakan pasif dimana udara dipaksa keluar akibat terjadinya relaksasi (pengendoran) otot-otot pernapasan yang memaksa paru-paru untuk kempes kembali.
Dalam keadaan normal, usaha bernapas hanya memerlukan 3% dari pemakaian energi total. Usaha bernapas baru memerlukan energi yang lebih tinggi bila diperlukan peningkatan kebutuhan akan bernapas, misal saat olahraga, saat menderita penyakit paru obstruktif kronik, saat serangan asma, dan lain sebagainya.

Macam-Macam Cara Bernapas
Meskipun terlihat sama, namun sebenarnya terdapat beberapa variasi dalam cara bernapas yang dilakukan oleh seseorang. Saat ini telah diketahui terdapat beberapa tipe cara pernapasan, antara lain :
1.         Pernapasan dada (pernapasan torakal)
Yang berkontraksi hanya otot interkostal tanpa diikuti oleh kontraksi dari otot diafragma, sehingga hanya menghasilkan pernapasan yang dangkal. Cara bernapas seperti ini dapat terjadi pada penderita tumor di dalam perut, penderita dengan keluhan sakit hebat pada pergerakan dinding perut, penderita serangan panik, cemas, stres, dll.

2. Pernapasan perut (pernapasan abdomen)
Yang berkontraksi hanya otot diafragma tanpa diikuti oleh kontraksi otot interkostal. Otot diafragma merupakan otot pernapasan yang utama. Saat menarik napas, diafragma akan berkontraksi dengan bergerak ke bawah dan mendatar sehingga akan memperbesar volume rongga dada. Akibat kontraksi otot diafragma ini maka dinding perut akan terlihat menonjol ke depan saat menarik napas. Pernapasan perut akan menghasilkan pernapasan yang lebih dalam daripada pernapasan dada. Pernapasan perut dapat ditemukan pada penderita penyakit paru kronik lanjut. Namun demikian, pola pernapasan ini seringkali juga digunakan sebagai terapi untuk orang dengan serangan panik, cemas dan lain sebagainya.

3. Kombinasi pernapasan dada dan perut
Merupakan tipe pernapasan yang paling banyak dilakukan oleh orang dalam kondisi sehat. Kontraksi dari otot-otot pernapasan, yaitu otot interkostal dan otot diafragma, menyebabkan rongga ada mengembang secara maksimal sehingga udara yang dihirup akan lebih banyak dan bernapas menjadi lebih efektif. Pada wanita sehat, umumnya pernapasan torakal lebih dominan dan disebut sebagai pernapasan torakoabdominal. Sedangkan pada pria sehat pernapasan abdomen akan lebih dominan dan disebut sebagai pernapasan abdominotorakal. Hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan bentuk anatomi dada dan perut antara pria dan wanita.


Bernapas dalam diketahui mampu membantu seseorang untuk lebih tenang dan mampu mengurangi ketegangan. Karena itu, metode bernapas dengan perut seringkali digunakan sebagai metode untuk terapi penderita dengan serangan panik, cemas, dan lain sebagainya.